![]() |
anak sd (wikipedia.com) |
SD atau sekolah dasar adalah sekolah formal jenjang pertama di indonesia yang ditempuh dalam waktu 6 tahun dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6 dan mengikuti UN (dahulu Ebtanas) untuk dapat melangkah ke jenjang berikutnya.
hal yang saya mau bahasa adalah situasi di SDN Parung 01 terutama SDN Jeletreng yang tidak bisa anda temui dimanapun kecuali di parung.
sesuai dengan wawancara yang saya lakukan dengan satu dari masing-masing SD maka berikut cerita yang saya dapatkan
SDN Parung 01
Terletak diperbatasan antara depok dan bogor, dengan dua sd yang terletak pada satu lahan membuat sd ini terlihat sesak, apalagi ada pembangunan mall disebelah sekolah ini, membuat suasana kurang nyaman karena suara traktor ataupun mesin-mesin diesel. SD ini termasuk dalam salah satu SD berprestasi dengan banyaknya perlombaan tingkat kabupaten yang dimenangkan. Maka dari itu SD ini tergolong favorit seantero parung. Dengan tenaga guru yang handal dan fasilitas yang mumpuni tentu sd ini jelas digemari atau menjadi favorit, namun yang disayangkan adalah belum maksimalnya fasilitas yang mendukung kegiatan belajar mengajar lebih efektif, SD ini masih menggunakan kapur sebagai media PBM (proses belajar mengajar) tentu dengan kemajuan teknologi seperti saat ini, penggunaan kapur sudah mulai ditinggalkan. Para guru pun mengeluh dengan penggunaan kapur, selain Debu, kapurpun tidak tahan lama ketika disimpan. kapur akan menyublim dengan sendirinya dan itu permasalahan yang ada di SDN Parung 01. Maka dari itu dilakukanlah inovasi berupa pengadaan alat berupa Whiteboard pengganti Blackboard yang jika digunakan menghasilkan debu, disamping itu kapur semakin ditinggalkan karena penggunaan whiteboard yang lebih praktis menjadi pilihan utama guru, kelebihan lainnya dari whiteboard adalah mudah digunakan, tidak cepat habis, tidak menyublim dsb.
lalu tidak kalah heboh, yaitu
SDN Jeletreng
Terletak jauh di pedalaman ciseeng membuat sd ini nampak seperti tempat outbond (serius), jika kita ingin pergi ke SD tersebut kita harus melewati wisata air panas ciseeng lalu menuju komplek ABRI (NUBIKA) lalu yang terakhir melewati sawah yang disekelilingnnya masih banyak empang (kolam ikan yang biasanya tidak ada isinya) dan ilalang dikiri dan kanan jalan, jalan yang dilaluipun kebanyakan menggunakan aspal bumi (tanah) maka dari itu ketika hujan mengguyur daerah ini, maka anda akan merasakan shortcourse 'drift'. Empat puluh lima menit perjalanan dari parung menuju SDN Jeletreng cukup membuat saya kapok.
Ketika mengadakan wawancara dengan salah satu guru bernama Ibu Titi Sugiarti, saya mendapatkan banyak cerita lucu seperti pada saat pertama datang, banyak anak-anak yang tidak mau atau bahkan sayang menggunakan sepatunya, mungkin deskripsi saya tentang medan jalan yang membuat mereka seperti itu. Lalu ketika Ibu titi mengajak mereka keluar untuk fieldtrip atau 'ngebolang' ada helikopter lewat, saat itu Ibu titi dan muridnya berada di tengah-tengah jalan yang disamping kiri-kanannya adalah empang dengan kondisi aspal alami (tanah) anak-anak tersebut teriak
'Ibuuuu takuttttt ada itu lewat' (sambil nunjuk ke arah helikopter dan berdempet-dempetan) bisa dibayangkan,
dan saya bisa menemukan banyak inovasi-inovasi yang dibuat di SDN Jeletreng ini, mulai dari Sekolahnya sampai Murid-muridnya yang ajaib
Ibu titi pun memulai inovasinya dari anak muridnya terlebih dahulu, dengan metode difusi inovasi mulai dari knowledge sampai dengan confirmation, Ibu Titi pun berhasil meyakinkan anak-anak untuk memakai sepatu, dengan cara persuasi seperti ini
' kalian lebih sayang sepatu apa kaki?, kalau sepatu sobek bisa dibeli lagi, kalau kaki sobek bisa dibeli lagi gak? kalian mau kakinya diganti sama kaki kebo?'
lalu efek dari penggunaan sepatu itu adalah lantai tidak sekotor dulu ketika anak-anak belum menggunakan sepatu.
Parung semakin maju !
ReplyDelete